GURU MTs NGEBLOG

Enjoy Learning

Pemerintah lewat Badan Standar Nasional Pendidikan mengumumkan standar nilai ujian, yakni rata-rata minimal 5,50 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan, dengan nilai minimal 4,00 untuk paling banyak dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya.
Khusus SMK, nilai mata pelajaran Kompetensi Keahlian Kejuruan minimal 7,00. Jangan sampai standar nilai yang sedemikian ini menjadi motivasi menggiatkan model-model kekerasan terhadap peserta didik. Ada cara-cara bijak untuk mencapai tujuan tersebut, yang tidak harus menggunakan aksi ekstrem.
Pendekatan semacam itu kendati dapat membuat mereka (para siswa) rajin belajar, tapi tidak atas dasar kesadaran, kesenangan, dan kecintaan mereka kepada mata pelajaran yang digeluti.
Namun merupakan wujud ketakutan akan keberingasan oknum guru. Saatnyalah, kita kampanyekan enjoy learning, yang mungkin selama ini selalu dipandang sebelah mata. Tapi, sebagian pengelola lembaga pendidikan agaknya mencibir. Mereka menggangap para peserta didik akan berkembang secara tidak terkontrol, mereka belajar sakarepe dhewe.
Paradigma sakral hubungan guru dan murid yang mereka pegang selama ini, sepertinya tidak memberikan celah sedikitpun untuk model ini. Enjoy learning yang penulis inginkan bukanlah konsep pendidikan yang menafikan sakralitas guru di hadapan murid secara total melainkan menempatkan guru dalam kapasitasnya sebagai manusia pendidik yang berharap mampu menjadikan anak didiknya berhasil.
Untuk mencapai hasil itu dengan berupaya meniadakan kerenggangan (suasana yang membuat tegang jika bersama guru). Guru harus dapat memosisikan dirinya sebagai rekan belajar yang menyenangkan bukan monster yang menakutkan. Kita harus menyadari, dalam tiap individu siswa ada sekian unek-unek ketidakpahaman ketika balajar, yang kadang takut atau malu untuk diungkapkan.
Ada sekian metode yang mengejawantahkan konsep enjoy learning. Misalnya “Laraiba” milik Hanifida, yang menyajikan sekian metode baru, mulai bagaimana cara menghapal cepat, balajar praktis, mudah dan menyenangkan. Di dunia bahasa Inggris, terdapat metode “fantastik brain” miliknya Mr Imron, yang relatif nyaman untuk diterapkan dan sangat enjoy, tanpa menafikan mutu.
Dalam bahasa Arab, telah populer pula metode “Amtsilaty” karya KH. Taufiqul Hakim, sebagai sebuah solusi belajar gramatika nahwu dan sharf secara cepat dan mudah. Model-model seperti ini sudah mulai diserap beberapa lembaga pendidikan semisal LPS Al Aqobah di Jombang. (Sumber: Surya, 3 Maret 2009).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Reproduksi Pria dan Proses Pembentukan Sperma

ANGGOTA TUBUH DAN KEGUNAANNYA

TV Sharp Sering Mati Sendiri